Oleh : Muharyadi
PADANG, SEMANGATNEWS.COM – Ide Pejabat Wali Kota Padang, Andree Algamar, untuk mewujudkan museum seni dan galeri arsip statis berisikan sejarah kota Padang dari masa ke masa di penghujung tahun 2024 ini yang pemakaiannya telah diresmikan, Sabtu (7/12/24) dengan memanfaatkan bangunan balai kota lama di Jalan M Yamin No 70 Padang, patut kita apresiasi bersama.
Baca Juga: Koleksi Museum Adityawarman Sumatera Barat Menarik Minat Pengunjung
Di luar galeri, khusus museum seni lebih tiga dekade silam pernah ada wacana mewujudkan museum refresentatif di Sumatera Barat yang lokasinya diusulkan berada di Kota Padang. Wacana tersebut redup di tengah-tengah hingar bingarnya pembangunan sektor lainnya.
Pikiran kita pun sering mendua ; disuatu sisi kehadiran seni rupa dibutuhkan sebagai bagian budaya yang ada. Disisi lain kehidupan para senimannya dibiarkan redup tanpa ada solusi mengatasinya. Lihat berapa banyak seniman yang semula kreatif dan produktif, tiba-tiba tenggelam begitu saja.
Dalam catatan sejarah, Sumatera Barat umumnya dan kota Padang khususnya menjadi salah satu wilayah terpenting di Indonesia banyak melahirkan pahlawan nasional, alim ulama, pemikir, sastrawan, budayawan bahkan senirupawan sejak pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan bahkan hingga kini.
Diantaranya Muhammad Hatta wakil Presiden RI pertama namanya tidak bisa dipisahkan dari Presiden RI Soekarno. Juga ada Tuanku Imam Bonjol, Agus Salim, M Natsir, Sutan Syahrir, M. Yamin, Bagindo Aziz Chan, Tan Malaka, Buya Hamka, Rasuna Said, Adinegoro dan lainnya. Sikap, perjuangan dan potensinya semata-mata untuk bangsa dan negara.
Selain mengharumkan Indonesia, para tokoh ini juga menjadi pemimpin di medan perang, pemikir di kancah diplomasi dan kreator pemerintahan yang mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Sumatera Barat pun menjadi pusat ilmu pengetahuan, peradaban, pembaharuan dengan menjamurnya sekolah dan pesantren.
Dikaitkan tokoh-tokoh seni rupa dari kesenian yang ada, sejarah turut membuktikan, tradisi berseni rupa telah berlangsung lama dan berkelanjutan, baik di daerah maupun di perantauan.
Hal ini awalnya ditandai kehadiran Wakidi sejalan munculnya pendidikan bercorak Barat di Bukittinggi, yaitu Sekolah Raja (1856) dalam bahasa Belanda disebut Hollands-di Inlandsche School (HIS). Kemudian berubah nama menjadi Kweekschool (1873).
Sejak kecil Wakidi senang melukis. Kemudian terus berkembang di Kweekschool Bukit Tinggi tahun 1903. Di sekolah ini Wakidi mulai serius belajar menggambar memakai media pensil dan cat air dengan melukiskan tema-tema pemandangan alam, seperti : ngarai, sawah, gunung, dan sungai. Wakidi lulus tahun 1908 .
Setamat Kweekschool Bukittinggi, Wakidi memperoleh tawaran menjadi guru menggambar mengasuh anak-anak pribumi. Diantara muridnya tercatat, Bung Hatta dan AH Nasution.
Bukan hanya di Kweekschool, beberapa tahun kemudian Wakidi juga ditawari menjadi guru di Indonesian National School (INS) Kayu Tanam, yang didirikan Engku M. Syafei (1926). Di INS ia disukai puluhan bahkan ratusan murid-muridnya. Sejak kemerdekaan tahun 1949 beliaupun mengajar di beberapa sekolah menengah di Bukit Tinggi (SMA I, II dan III).
Ada nama Baharuddin MS, Oesman Effendi, Huriah Adam, Syamsul Bahar, Mara Karma, Hasan Basri DT. Tumbijo, Montingo Busye, Zaini, Nashar, Ipe Mak’ruf, Itji Tarmizi, Alimin Tamin, Nuzurlis Koto, Osmania, Arby Samah, Mukhtar Apin, A.A. Navis, Wisran Hadi, Muslim Saleh, Mukhtar Jaos hingga ke tokoh-tokoh muda saat ini baik di daerah maupun di perantauan. Kantong terbesar perupa asal urang awak tersebut terdapat di Yogyakarta.
Kota Padang sebagai ibu propinsi Sumatera Barat didirikan 7 Agustus 1669 sebagai salah satu kota tertua di tanah air memiliki catatan panjang sebagai kota pusat sejarah, budaya, perdagangan dan pendidikan secara berkelanjutan diimbangi pengembangan sektor pariwisata, industri kreatif, teknologi informasi digital yang terus mengalir dengan cepat.
Ini pulalah yang menjadi komitmen Pemko Padang di era kepemimpinan Pejabat Andree Algamar terhadap pembangunan dan pengembangan budaya berupa museum seni dan arsip statis masa ke masa yang kaya nilai-nilai yang selama ini nyaris luput dari perhatian.
Meski museum ini baru berupa embrionya museum refresentatif layaknya museum seni di Indonesia dan belahan dunia sana kemudian di dampingi galeri arsip statis, menjadi cikal bakal bangkitnya pengembangan aspek kebudayaan berisikan sejarah penting di negara ini.
Kota Padang sejak era kemerdekaan dalam catatan sejarah pernah di pimpin 15 (lima belas) wali kota dimulai Abu Bakar Jafar (1945-1946), Bagindo Aziz Chan (1946-1947) Said Rasad (30 April, 1947), A Hakim (1947-1949), Rasidin (1949-1956), B. Datuk Pado Panghulu (1956-1958), Z. A. Sutan Pangeran (1958-1966), Azhari (1966-1967), Akhiroel Yahya (1967-1971), Hasan Basri Durin (1971-1983), Syahrul Udjud ( 1983-1993), Zuiyen Rais (1993-2003), Fauzi Bahar (2004-2014), Mahyeldi Ansharullah (2014-2021) dan Hendri Septa (2021-2024).
Sebagai kota terbesar di pantai barat Sumatera kota Padang dan salah satu Kota tertua di Indonesia, kehadiran museum seni dan galeri arsip statis sesuai diharapkan menjadi sumber ; pengamanan warisan alam dan budaya, pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah, konservasi dan preservasi, penyebaran dan pemerataan ilmu, pengenalan kesenian, visualisasi warisan alam dan budaya, cerminan pertumbuhan peradaban manusia dan pembangkit rasa bersyukur dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tinggal sekarang bagaimana pemko Padang dan pemprov Sumatera Barat dapat bekerja sama dengan berbagai pihak berkepentingan guna mengeksplorasi kekayaan seni rupa yang pernah lahir di tangan para seniman selama ini baik di daerah maupun di perantauan dengan beragam jenisnya sejak era pra kemerdekaan hingga kini dengan keragamannya.
Museum seni dan galeri arsip statis merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi bagi pecinta seni dan budaya di Indonesia. Terletak di jalan utama di kota Padang, tempat ini menawarkan pengalaman menakjubkan dalam mengeksplorasi kekayaan seni dan budaya.
Kedepan tentulah diproyeksikan secara profesional pada museum terdapat berbagai karya seni seni, mulai dari seni lukis, seni patung, dan cabang seni lainnya yang memberikan wawasan tentang perkembangan seni bukan hanya di Sumatera Barat tetapi juga Indonesia.
Yang tak kalah petingnya diharapkan dapat menjadi tuan rumah pameran seni karya-karya terbaik seniman asal Sumatera Barat baik di daerah maupun diperantauan.
Kita tentulah masih menunggu penanganan dan pengelolaan serta regulasi Pemko Padang perihal pengelolaan dan penanganan museum seni dan galeri arsip statis pemko Padang berisikan perjalanan dari masa ke masa belajar dari banyak museum terkenal di Indonesia.
Sebagai wadah penjagaan warisan budaya, museum bukan hanya tempat menyimpan artefak dan karya seni, tetapi juga merupakan gambaran perjalanan menuju pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang dunia di sekitar kita.
Mengunjungi museum bukanlah sekadar kunjungan biasa tetapi juga merupakan pintu gerbang menuju pengalaman penuh inspirasi, kaya dengan nilai nilai sejarah hingga dapat menambah kekayaan jumlah museum di Indonesia. (***)
Muharyadi, penggiat seni, kurator dan jurnalis