Catatan Kecil : Muharyadi
PADANG, SEMANGATNEWS.COM – Perempuan paro baya Ely Marlina (44 th) itu tak henti-hentinya meneteskan air mata. Terbayang peristiwa sadis menimpa anak gadisnya Nia Kurnia Sari (18 th) penjual gorengan yang meninggal secara sadis, keji, biadab karena diperkosa dan dibunuh oleh resedivis kambuhan Indra Septiarman (26 th) lalu di kuburkan dalam kondisi memilukan tanpa busana di Pasar Surau, Guguak, Kayu Tanam, Padang Pariaman, Sumbar, 6/9/2024 lalu.
Sore itu Jumat (6/9/2024) pukul 16.00, Nia menjemput gorengan. Sebagaimana biasa Ely saat melepas kepergian Nia tak memiliki firasat apa apa. Karena cuaca gerimis, Nia membawa payung melindungi badan dan gorengan yang ia bawa.
Menurut perempuan alumni SMP Negeri 2 Kayu Tanam saat diwawancarai, menceritakan ; selama ini Nia menjadi penopang ekonomi keluarga menjual gorengan sejak SMP hingga SMA bahkan setelah tamat pun masih tetap berjualan sejak pukul 16.00 sampai 18.00 wib.
Sambil memeluk tas coklat, Ely terlihat pasrah. Tak ada firasat apa-apa atas kepergian Nia untuk selama lamanya. Saat Nia berpamitan terakhir kalinya menjemput gorengan tak ada tanda-tanda sesuatu yang akan menimpa Nia, ujar Ely berurai air mata.
Demikian juga kakak Nia, Srini dan adik almarhumah Mayang, tak ada firasat apa-apa, kecuali malam kedua Sabtu (7/9/24) saat Nia belum juga pulang. Dari kejauhan Nia berteriak minta tolong melalui mimpi. Hanya itu, yang dibenarkan orang tuanya.
Malam pertama Nia tak pulang kami melaporkan ke Wali Nagari dan kepolisian. Bahkan kami dibantu masyarakat mencari kebeberapa titik termasuk ke SPBU Kayu Tanam sekitar 3–4 km dari rumah. Karena Nia biasanya pulang pukul 18.00 wib. Setelah pukul 20.00 wib Nia belum juga pulang, kata Ely hingga pencarian berlanjut esoknya, Sabtu (7/9/24).
Keesokannya Minggu (8/9/24) alangkah terkejutnya Ely mendapat khabar, jenazah Nia ditemukan beberapa orang anak kecil yang tengah mencari tali rapia. Mereka melihat tali rapia berwarna merah di atas tanah, begitu ditarik mereka terkejut karena ada tangan tersembul, mereka melaporkan ke warga dan BPBD Padang Pariaman. Korban ditemukan tanpa busana dan kaki terlipat dalam posisi miring.
Mendengar jenazah Nia ditemukan, Ely jatuh pingsan tak sadarkan diri diiringi isak tangis sejadi jadinya bersama keluarga dan puluhan warga. Hingga jenazah dikebumikan Ely jatuh pingsan, keluarga, serta teman teman Nia dan pelayat larut dalam kesedihan. Proses pemakaman dilakukan 9/9/2024 sore, di pemakaman Suku Koto, Guguak, Kayu Tanam.
Nia Gadis Sholeha, Penghafal 30 Juz Al Quran dan Tulang Punggung Keluarga
Nia Kurnia Sari, lahir di Padang Panjang, 27 Februari 2006, baik semasa di SD, SMP maupun setelah menamatkan pendidikan di SMA INS Kayu Tanam merupakan remaja putri sederhana, berbakti kepada orang tua dan keluarga. Ia punya prestasi luar biasa ketimbang remaja se usianya. Diantaranya, Nia sebagai penghafal Alqur’an 30 juz, menjadi guru silat di almamaternya SMA INS Kayu Tanam dan sederetan prestasi lainnya.
Kini, sebulan sudah kepergian Nia (6/10/24) kepergiannya bukan hanya ditangisi keluarga dan masyarakat sekitar, tetapi juga ditangisi seantro nusantara bahkan ke sejumlah negara tetangga hingga ke Arab Saudi mendengar kasus pemerkosaan dan pembunuhan Nia secara sadis, keji dan biadab dibanyak media massa cetak dan elektronik.
Wali Nagari Guguak, Kayu Tanam, Ahmad Yuni Kamil, saat menghadiri pemakaman Nia, menyebutkan, almarhumah dikenal sebagai orang baik, bersahaja dan ramah terhadap warga saat berjualan gorengan maupun dalam kesehariannya.
Liza (45 th) warga Pasar Surau, menyampaikan kesedihannya manakala mendengar suara Nia berjualan gorengan terdengar mendayu dayu. Nia bukan hanya berakhlak mulia dan cerdas, tapi juga bersuara merdu saat menjajakan gorengannya.
Mamak suku koto Pasar Surau, Naswandi DT. Tumangguang (43 th) menyebutkan, Nia merupakan sosok remaja putri yang benar-benar berbakti kepada orang tua dan keluarga.
Dari penghasilan jualan gorengan Nia mampu membuat rumah sederhana berdinding papan sejak tahun 2017-2019 dan membeli beberapa ekor kambing sebagai bakal kelak memasuki kuliah. Yang membuat kita sedih, Nia juga berencana ingin membantu kuliah sang kakak Srini juga mengirimi uang untuk adiknya Kifli (16 th) yang telah lama berpisah dari keluarga ayahnya di Dumai, ujar Naswandi DT. Tumangguang menambahkan.
Kesedihan mendalam juga disampaikan Wali Kelas Nia di SMA INS Kayu Tanam, Reni Fatma Yunita, sebagaimana dilansir banyak media massa. Sejak kelas X, XI dan XII, prestasi akademik Nia tak pernah keluar dari rangking satu hingga enam.
Meski Nia sering terlambat masuk sekolah dikarenakan setiap pagi Nia selalu membawa gorengan dalam kantong plastik yang di jajakan di sekolah. Karena di sekolah mulai belajar pukul 07.10 dan 10 menit sebelumnya dilaksanakan apel pagi. Akibat keterlambatan itu, Nia diberi sangsi bersih bersih lingkungan yang dilakukannya sepenuh hati dan tanggung jawab.
Sejumlah guru lain di INS Kayu Tanam yang pernah masuk ke kelas Nia menilai, Nia tak mau berpangku tangan antar sesama teman, apalagi membebani teman sekelasnya. Hampir semua mata pelajaran dikuasai Nia dengan baik. Nia pun tak pernah menyampaikan keluh kesah kepada guru dan teman-temannya, itulah keistimewaam Nia.
Diakui Nia sangat menonjol sebagai atlet silat, tapi nilai akademiknya rata rata baik bahkan hampir seimbang untuk semua mata pelajaran. Nia juga tekun belajar, tak pernah meminta belas kasihan apalagi meminjam uang kepada teman dan guru di sekolah, malah Nia rajin menabung, aktif kegiatan OSIS dan pramuka, kenang Reni berurai air mata.
Firasat salah satu teman dekat Nia semasa bersekolah Yoeka Aulia yang juga warga Kayu Tanam berpesan sangat menyentuh temannya ini, Nia akan meninggalkan Yoeka. Begitu dekatnya hubungan Yoeka dengan Nia. Yoeka mengakui sering membantu membawa gorengan Nia, mengingat tentengan gorengan Nia 3 sampai 4 kantong plastik.
Kepergian Nia bagi Yoeka yang biasa dipanggil Adek tak bisa diibaratkan apa apa. Karena Nia biasa disebut Yoeka dengan panggi;an Anya dalam kesehariannya bisa jadi kakak, jadi abang, sahabat, bahkan menjadi spesial dihati Yoeka, tuturnya sambil menangis terisak isak sedih.
Sebagai bahan renungan dari yang dilalui dan dijalani gadis cantik Nia di Kayu Tanam, sebagaimana dikutip dari ulama dan ustazah tanah air periha; Nia tentulah harus dilihat dari perjalanan Nia selama ini yaitu ; Nia secara tulus dan ikhlas berbakti kepada orang tuanya. Setiap langkah Nia menjual gorengan semata mata untuk memuliakan orang tua dan keluarganya dalam keadaan susah. Nia bahkan dijuluki gadis paling cantik di dunia bukan hanya dilihat dari wajahnya tapi juga dari Akhlakul Karimahnya sebagi sifat mulia, terpuji, dan baik hati sesuai ajaran Islam. Tak heran jika kediaman dan makam Nia setiap hari hingga kini dibanjiri pengunjung dari berbagai penjuru daerah yang tak terhitung lagi jumlahnya.
Semua ini merupakan rahasia Allah SWT, saat Nia meninggalkan kita selama lamanya. (***)
Catatan Redaksi
Muharyadi, Seniman dan Jurnalis berasal dari Anduring, Kayu Tanam