Semangatnews,Palupuah-Daerah Palupuah merupakan daerah basis perjuangan dua sejarah besar dalam perjuangan kemerdekaan Republik indonesia. Pertama sejarah perjuangan keagamaan dengan kaum adat di Sumatera Barat, sekaligus berkembang dalam melawan pejajahan Hindia Belanda Perang Padri Tuangku Imam Bonjol (1821-1837) Masehi.
Hal ini disampaikan Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Nan Tujauh Syafril, SE Dt.Rajo Api pesan lewat Whast Aap, mengenang sejarah Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-73 tahun, disela-sela kesibukannya saat di rumah pusaka kaumnya Jorong Simauang Palupuah, beberapa hari lalu.
Lebih lanjut Syafril menyampaikan, kedua perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia setelah agresi kedua Belanda, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditahan di Yogyakarta muncul Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) tahun 1949, sebagai penyelamat perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Saat itu daerah Palupuh menjadi perang griliya PDRI mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Banyak korban dari pihak Belanda dan tak sedikit pula korban dari masyarakat pejuang Palupuh.
Dua catatan bersejarah ini, tidak serta merta pembangunan daerah Palupuah menjadi maju dan sejahtera. Di usia 73 tahun kemerdekaan Republik Indonesia masyarakat Palupuh masih hidup dalam kesederhanaan dekat dengan kemiskinan.
Hanya sebahagian kecil saja masyarakat memiliki kehidupan yang lebih baik, terutama di daerah-daerah yang telah lebih maju dibandingkan dibanyak daerah jorong lainnya di kecamatan Palupuh.
Hidup bertani dan berladang tidak cukup mesti juga ditambah keterampilan lain bertukang dan buruh kasar atau melakukan kegiatan Usaha Kecil Menengah (UKM) kerajinan tangan bordir, kuliner yang saat ini mulai memperlihatkan hasil ekonomi bagi masyarakat terutama kalangan ibu-ibu bundo kanduang.
“Masih ada juga masyarakat yang tinggal dirumah kayu sederhana dalam rimbunnya hutan perkampungan jorong-jorong di Palupuh. Pembangunan itu ada, namun belum semua yang terakomudir dengan baik,” ungkapnya.
Ketua KAN Syafril yang dikenal ketokohan yang spontan itu juga mengatakan, setelah 73 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, masyarakat Palupuh ingin bangkit seperti daerah-daerah maju lain di Indonesia.
Karena berbagai usaha pemekaran jorong, nagari dilakukan agar pelayanan pemerintah dekat dengan masyarakat, sehingga kemajuan pembangunan daerah, nagari dan jorong cepat dan terjangkau.
Syafril juga menceritakan pemekaran, Jorong Simauang menjadi, 3 Jorong yaitu, Jorong Simauang Mudiak, Jorong Simauang Hilia, dan Jorong LARING. Kemudian dilanjutkan dengan pemekaran Nagari Nan Tujuah dan Nagari Persiapan Nan Limo saat ini.
Tinggal harapan kita, pemekaran kecamatan dan pemekaran Agam, agar pelaksanaan pembangunan dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran. Tanpa pemekaran potensi daerah dan dana pembangunan tidak akan berkembang dengan baik, karena selain jarak-jarak jorong cukup jauh, juga infrastruktur jalan nagari belum memadai.
“Oleh karena itu, perhatian dan dukungan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten Agam, amatlah dibutuhkan dalam memajukan daerah basis perjuangan kemerdekaan RI ini masih tertinggal jauh dibandingan daerah-daerah lainnya di Sumatera Barat,” harapnya.
Syafril Dt.Rajo Api juga telah menyampaikan kondisi kampung halaman ini kepada para perantau termasuk Dato Tan Sri Dr. Rais Yatim mantan menteri Negara Malaysia yang juga merupakan putra asli Palupuh, ibunya dari Sipisang dan ayahnya dari Simauang Lariang.
Kebersamaan perantau dan ranah, serta kekompakan masyarakat di Palupuah tentu menjadi modal besar dalam memacu percepatan pembangunan di Palupuah tercinta.
“Dirgahayu Indonesiaku, Jayalah untuk kesejahteraan rakyatku,” seru Syafril penuh bangga.