10 Hari Pertama Ramadhan, Sejauhmana Garapan Ladang Amal Kita ; Catatan Zulnadi
Alhamdulillah, Wasyukurillah, kita masih dipertemukan dengan bulan istimewa, bulan penuh rahmat, bulan ampunan, bulan untuk berladang amal sebanyak banyaknya, yakni Ramadhan 1444 Hijriyah bertepatan dengan tahun 2023.
Kita pun bersyukur bahwa dalam penetapan 1 Ramadhan tahun ini antara pemerintah dan ormas islam tidak ada perbedaan. Organisasi Muhammadiyah adalah organisasi islam besar di negeri ini jauh jauh hari sudah menetapkan 1 Ramadhan 1444 h jatuh pada hari kamis, tanggal 23 Maret 2023.
Sedangkan NU yang juga mempunyai massa besar baru menetapkan bersamaan dengan Sidang Isbat yang dilakukan tanggal 22 Maret oleh Kemenag. Pemerintah dan NU serta pemangku kepentingan lainnya dalam sidang Isbat itu sepakat bahwa 1 Ramadhan jatuh pada hari kamis, 23 Maret 2023, meskipun ada penganut lain yang telah melaksanakan puasa 2 hari sebelum diumumkan.
Alasan pemerintah menetapkan tanggal 23 Maret adalah merujuk pada hasil rukyatul hilal yang dilaksanakan pada 124 lokasi di seluruh wilayah Indonesia bahwa bulan telah nampak dengan ketinggian 8 derjat. Ini bukan berarti NU dan pemerintah mengikut apa yang telah ditetapkan Muhammadiyah. Hanya saja kebetulan hari dan tanggalnya sama, dengan harapan penetapan hari raya, 1 Syawal juga sama. Mudah mudahan.
Kenapa kita puasa. Pertanyaan klasik akan terus muncul saat bulan Ramadhan tiba. Atau penjelasan dari para da’i atau mubaligh yang mengisi pengajian, baik di masjid, surau atau di media tv, online dan yutube.
Dasar hukum kenapa kita puasa adalah surah al- Baqarah ayat 183 dengan firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Jelas di sana bahwa puasa bukanlah kewajiban yang baru, melainkan sudah ada sebelum Alquran turun. Umat-umat pra-Islam yang bertauhid telah menjalankan puasa sebagai ritual pembersihan diri.Bahkan nabi Adam manusia pertama ciptaan Allah juga telah berpuasa. Dalam riwayat tatkala Nabi Adam diusir dari Syurga ke dunia, karena memakan buah quldi, maka seluruh tubuhnya menjadi hitam dan gosong karena sengatan matahari.
Maka turunlah Wahyu kepadanya untuk puasa pada pertengahan bulan. Adam memulai puasa pertama tanggal 13 yang hasilnya sepertiga dari kulit tubuhnya berubah menjadi putih. Puasa ke dua tanggal 14 terjadi lagi perubahan dimana sepertiga kulit tubuh Adam mengikuti perubahan pertama dan puasa ketiga tanggal 15 juga demikian sehingga seluruh tubuh nabi Adam putih kembali seperti dijelaskan dalam hadis riwayat Ibnu Abbas.
Puasa juga disebut pengendalian diri, instropeksi diri dan juga ada misi sosialnya. Dengan puasa kita juga diminta jujur dan sejujurnya. Sebab yang tahu kita puasa itu hanyalah kita dan Allah. Orang lain bisa saja tidak tahu apakah kita puasa atau tidak. Karena mereka tidak bisa memantau 100 persen aktifitas yang kita lakukan.
Dengan puasa kita bisa merenung, introspeksi diri. Apa yang telah kita perbuat selama 11 bulan, banyak mudharat atau maslahat. Banyak berdosa atau tidak. Di Ramadhan inilah tempat pengampunan dari berbagai dosa dan kesalahan.
Oleh karena itu, Allah pun memvonis bahwa puasa yang kita lakukan adalah persembahan kita kepada Allah. Dalam hadis riwayat Imam Bukhari disebutkan: Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Orang yang berpuasa itu meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena taat pada perintahKu Allah. Puasa adalah untukku (Allah) dan Aku akan memberikan balasannya, sedang sesuatu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat gandanya.”
Begitu istimewanya ibadah di bulan Ramadhan yang bila tidak dimanfaatkan secara maksimal yang terjadi adalah kerugian besar terhadap diri kita. Kita belum tentu bertemu bulan Ramadhan berikutnya. Inilah moment bagi kita untuk berbenah diri.
Apalagi Ibadah yang kita lakuan selama bulan ramadhan diganjar 10 kali lipat pahalanya. Semisal kita membaca Aliflammim. Disitu terdapat 3 huruf, maka setiap satu huruf dinilai 10 oleh Allah. Tiga huruf menjadi 30 puluh. Hitung sendiri berapa ganjaran, jika kita baca al Quran setiap harinya perhalaman, per juz dan persurat.
Tanpa terasa bahwa hari ini sudah hari ke 8, tinggal 2 hari lagi 10 hari pertama Ramadhan menahan haus dan lapar. Apakah sekedar itu saja yang kita dapatkan. Selama 1 bulan menurut kalender hijriyah akan berlalu begitu saja tanpa kita isi maksimal. Apakah kita masih banyak bermain ketimbang beribadah. Tentu kita yang tahu dan kita sendiri yang merencanakan apa agenda ibadah yang kita lakukan setiap hari/ malam.
Salah satu hadis menjelaskan bahwa pembagian keutamaan bulan Ramadan menjadi tiga, yaitu sepuluh hari pertama rahmat, sepuluh hari kedua adalah ampunan, dan sepuluh hari ketiganya adalah terbebas dari api neraka.
Nah dalam sepuluh hari pertama sudah dapat kita hitung apa yang kita lakukan.
Apakah kita ikut melaksanakan qiyalmulail atau tarwih di masjid maupun di rumah. Atau lebih banyak di warung, lepau atau nonton sinetron.
Adakah secara rutin membaca al Quran yang penuh hikmah atau lebih banyak bergelut dengan Android yang sulit ditinggalkan yang tidurpun dibawa.
Ibarat berladang, semestinya sudah sepertiga pula ladang tersebut kita garap. Menerangi, menanam, memupuk dan menjaga, sehingga hasilnya maksimal. Ladang Amal tidak dibatasi tempat dan waktu. Dimana dan kapan saja selama bulan Ramadhan itulah ladang. Ladang jika tidak digarap tidak akan menghasilkan apa apa. Ladang jika tidak dipelihara, tidak dipupuk akan menjadi lahan kering dan hanya ditumbuhi semak ilalang yang tak berguna. Sedangkan padi yang kita tanam bisa tumbuh ilalang. Ilalang yang tumbuh jangan berharap ada padi di dalamnya.
Allah sungguh sayang kepada umatnya yang menjalankan amalan sholeh dan kewajiban pada bulan ramadhan. Mereka akan mendapatkan balasan berlipat ganda, sampai 70 kali lipat.
Hal ini sebagaimana terdapat dalam Hadist: “Khutbah Rasulullah saw pada akhir bulan Sa`ban “Hai manusia, bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaung. Bulan yang didalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan. Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya.
Ibadah sunat, seperti baca al Quran, sholat sunah yang dikerjakan selama bulan Ramadhan sama nilainya dengan kewajiban di bulan laun. Sedangkan yang wajib di bulan ramadhan diganjar 70 kali lipat. Contohnya sholat wajib 5 kali sehari semalam.
Mungkin untuk mengingatkan saja bahwa ada 10 sebutan untuk bulan Ramadhan, yakni;
1. Syahrus Shiyam: bulan puasa, bulan pengendalian diri dari hal-hal yang dilarang.
2. Syahrul Qur’an: bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.
3. Syahrul Mubarak: bulan yang penuh keberkahan. Rezeki orang mukmin meningkat dan lancar. Amal-amal kebajikan dinilai berlipat ganda.
4. Syahru A’laa’: bulan yang penuh kenikmatan.
5. Syahrut Tilawah: bulan membaca Al-Qur’an atau bulan menekuni diri untuk memahami makna Al-Qur’an.
6. Syahrus Shabri: bulan kesabaran.
7. Syahrur Rahmah: bulan kasih sayang. Limpahan kasih sayang Allah swt. yang amat banyak kepada kita. Sebagai kompensasinya kita harus menampakkan kasih sayang kepada sesama makhluk-Nya.
8. Syahrul Muwasah: bulan kedermawanan atau bulan sosial.
9. Syahrun Najah: bulan keselamatan dari azab neraka.
10. Syahrul Jud: bulan bermurah tangan, memberi bantuan kepada fakir miskin.**