SEMANGATNEWS.COM, YOGYAKARTA – Mungkin satu diantara puluhan bahkan rarusan seniman seni rupa di Yogyakarta, Melodia (56 th) adalah sosok yang saya kenal yang tetap setia melihat persoalan “sosial” dengan seperangkat masalah yang diusung kepermukaan sebagai bahasa utama karya.
Tiga karyanya yang ditampilkan pada tiga pameran, dua diantaranya di Jogyakarta dan satu di galery Semarang sejak februari hingga April mendatang berjudul “Berkibarlah Benderaku”, 65 x 90 cm, cat minyak, 2022, pameran kedua Polisi Mbudaya “Wiwitan Pasa” Indonesia Indah #2, 75 x 100 cm, cat minyak, 2018 dan pameran ketiga di Museum Sonobudoyo Yogyakarta 18 Maret sd 18 April 2023menampilkan karya Indonesia Indah #1 75 x 100 cm, cat minyak, 2018.
Ketiga karya sebagaimana disampaikan Melodia seniman “urang awak” asal Sumani, Kabupaten Solok, Sumatera Barat yang kini bermukim di Mejing Lor RT 04 RW 01 Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta, Senin (27.03.23) menyebutkan, ia turut berpartisipasi dalam tiga rangkaian pameran, tetap setia mempertahankan eksistensi di karya-karyanya yang senantiasa berpijak pada obyek-obyek kesenjangan sosial di tengah-tengah pesatnya laju pembangunan di negeri ini. Rohnya ada disitu yang membelenggu pikirannya untuk diangkat kepermukaan.
Semuanya bermuara pada persoalan perkembangan dan perubahan pada suatu kota tempat berkumpul dan bermukimnya banyak manusia dengan segala strata sosialnya. Tetapi dari banyak penghuni kota tersebut tak sedikit pula orang menjadi asing di negerinya sendiri. Misalnya ada pembangunan disana sini tidak dirasakan sebagai tempat perbaikan nasib, bahkan pembangunan yang dilakukan tersebut membuat merka menjadi tersisih.
Narasi ketiga karya menampilkan bagian menarik Daerah Istimewa Yogyakarta yang dijuluki kota budaya memiliki daya tarik tersendiri sebagai kota wisata. Bukan saja di era digital dengan media sosial seperti sekarang, ternyata Yogya sejak lama memiliki kelengkapan sebagai kota yang menarik untuk di kunjungi. Yang menggelitik di ketiga karya keindahannya bukan semata disebabkan karena peninggalan budayanya saja, tetapi juga masyarakarat dan kehidupan kesehariannya yang masih menyisakan banyak persoalan, satu diantaranya soal kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Artinya di tengah gencarnya pembangunan di tanah air dalam keindahan pemandangan sehari-hari yang kita saksikan ada kegetiran, pahit manisnya hidup di tengah-tengah maraknya pembangunan walau telah puluhan tahun negarai ini merdeka, ternyata kesehjahteraan rakyat belum merata. Lihat ketiga karya yang dibuat detail dan rinci menyuara kesenjangan sosial yang kian menganga lebar. Itulah menariknya karya-karya Melodia selama ini.
Sebagai perumpamaan seperti Yogyakarta, yang banyak menyimpan kegelisahan dari kota tradisional dalam menghadapi perubahan menuju pembentukan sebuah masyarakat moderen. Karena itu dalam kehidupan, justru perubahan merupakan suatu keniscayaan suatu kota dengan masyarakatnya yang sangat menarik perhatian Melodia untuk memvisualkannya untuk dieksplorasi menjadi lukisan dengan seperangkat nilai-nilai.
Menurut Melodia, pada sejumlah peristiwa mereka hanya menjadi penonton perubahan kota yang sangat cepat, bahkan cepat sekali ditunjang kemajuan teknologi dan informasi yang membuat gagap. Kemudian gempuran media melalui iklan mempengaruhi pola pikir dan hidup serba konsumtif dengan gaya hedonisme hingga membuat mereka tercerabut dari akar budayanya.
Hal yang menarik mengamati jauh diantara banyak karya-karya Melodia, pelukis ini lebih melihat dinamika perubahan masyarakat dengan situasi dan kondisi kotanya yang merupakan rekaman peristiwa atau potret perubahan zaman yang terus terjadi sebagai realitas dihadapan kita semua.
Menurut Melodia, karya-karyanya senantiasa konsisten pada perkembangan dan perubahan suatu kota tempat berkumpul dan bermukimnya banyak manusia dengan segala strata sosialnya. Tetapi dari banyak penghuni kota tersebut tak sedikit pula orang menjadi asing di negerinya sendiri. Misalnya ada pembangunan disana sini tidak dirasakan sebagai tempat perbaikan nasib, bahkan pembangunan yang dilakukan tersebut membuat mereka manjadi tersisih.
Karya-karya tersebut mengusung obyek : Sepeda, becak, di kota-kota besar. Betapa kaya dan lirisnya narasi tentang sepeda, becak, yang secara sosial maupun kenangan yang menghuni otak kita. Obyek-obyek lukisan Melodia begitu liris dibayangkan secara visual maupun syair lagu yang selama ini bertutur tentang becak. (Muharyadi)