SEMANGATNEWS.COM, PADANG – Menjadi pendidik dan pengajar tari.koreografer di sekolah SMKN N (Kokar/SMKI) Padang apalagi tari Minang dengan tetap mengadopsi nilai-nilai lokal di dalamnya dan di luar sekolah juga memiliki sanggar tari profesional “Komunitas Tari Galang” ditambah pula dengan tugas rutin menjadi wakil kepala sekolah bidang kurikulum, tentulah bukan merupakan pekerjaan ringan dilalui,
Tapi itu pulalah yang dilalui guru dan koreografer Deslenda, di sekolah seni dan industri kreatif SMKN 7 Padang. Karena sejumlah guru pendahulunya di sekolah yang cuma ada satu di Sumatera itu telah banyak memasuki usia pensiun bahkan ada yang telah meninggal dunia.
Saat di temui Senin (20/03/23), menyebutkan, sebelum mendirikan Komunitas Tari Galang Deslenda dikenal sebagai pemain teater, bahkan pernah menyutradarai “Sang Pewaris” karya, BHR Tanjung (1987) persisnya saat masih berstatus mahasiswa Sendratasik FPBS IKIP Padang.
Bukan tanpa alasan, keterlibatannya dalam berbagai seni pertunjukan, ditunjang pendidikan akademisnya di SMKI Padang 1981-1985 yang kemudian menjadi energi utamanya mendirikan Group secara independent dengan memperhatikan bentuk dan kualitas karya-karyanya.
Tari Galanggang dan Galang-galang adalah judul karya Komunitas Tari Galang pertamanya di tahun 1991 menampilkan karya tari berjudul Koma pada Indonsesian Dance Festival. Karya berikutnya berjudul Kaji, tampil pada Contemporary Dance Festival di Padang 1995. Tahun 1996 tampil karya bertajuk Dalam Tiga Koreografi di Padang. Pekan Baru, ujar Deslenda menceritakan awal kariernya di dunia pertunjukan.
Selain dunia pendidikan dan pengalaman empiris, keberhasilan dan vitalitas Deslenda dalam berkarya “kato bajawek dan gayuang basambuik” ternyata mendapat dorongan moral dari sang suami Hardian Radjab (Alm), sutradara yang pertama kali mengajak saya terlibat dalam berbagai pertunjukan teater semenjak tahun 80-an, ujar Deslenda.
Sederetab naskah yang pernah diperankan Deslenda antara lain, Tarik Balas karya Hardian Radjab (1984 & 1987), Raja Anggang karya Khairul Harun (1987), Monserat (1990), Ozon Atawa Orkes Madun karya Arifin C Nur (1991), Bulan Urak Tabud karya Hardian Radjab (1994), Karbala karya Hardian Radjab (1995), Inspektur Jendral karya Nicolai Gogol (1999).
Guru seni pertunjukkan ini pernah main dalam beberapa sinetron produksi TVRI lokal, serta sinetron Nasional, dan terakhir bermain dalam sinetron produksi televise Malaysia dan memperoleh peran utama wanita dalam sinetron yang berjudul Si Marantang produksi TVRI yang disutradarai oleh Hardian Radjab. Ia mendapatkan peran penting yang mempengaruhi hidupnya sebagai pemeran utama wanita dalam sebuah lakon tanpa naskah yang harus dimainkan dengan penuh kesabaran, ketelatenan, dan improvisasi.
Sebagai pendidik dan koreografer, Deslenda tetap terus berkarya dengan menciptakan karyanya menjadi identitas yang membedakannya dengan koreografer lain di Sumatera Barat, bahkan Indonesia. Tari Minang tetap harus dijaga, dilestarikan bahkan dikembangkan dengan tidak mengabaikan lokal genius berisikan seperangkat nilai-nilai, ujar Deslenda
Tari-tari Deslenda berangkat dari khasanah tradisi Minangkabau, terutama silat yang merupakan pijakan dengan pengayaan sesuai tuntutan ide dan gagasan aktual. Hingga kini. Deslenda telah melahirkan puluhan karya yang telah dipentaskan di berbagai kota di Indonesia bahkan di sejumlah negara seperti Malaysia, Swiss, Georgia, Bulgaria dan lainnya.
Sukses dengan banyak prestasi, kini ia bersama tim SMKN 7 Padang tengah mempersiapkan Paket Kesenian Tradional “Tradisi ke Tradisian” dengan memanfaatkan potensi dan kekayaan tradisi Minangkabau sebagai landasan pengayaan penciptaaan guna persiapan menghadapi kegiatan International “Dance and Song Festival Le spiagge d Italia” yang bakal digelar 21-25 September 2023 di Italia melibatkan sedikitnya 11 orang personil terdiri penari, pemusik, vokalis, koreografer/art director yang Insya Allah memperoleh dukungan pemerintah pusat dan daerah serta para donatur seperti selama ini dilakukan SMKN 7 Padang yang bertujuan, agar tari berbasis budaya Minang diakui dan dikagumi dunia bahkan bisa mendunia, ujar Deslenda lagi, (Muharyadi)