BRI Semakin Dekat Dengan Rakyat :Oleh Defiyan Cori/Ekonom Konstitusi
Memang luar biasa, hebat dan cemerlang (atau kata sejenis lainnya), kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) selama tiga (3) tahun terakhir. Itulah ungkapan yang pantas disampaikan atas capaian kinerja salah satu BUMN sektor perbankan diantara bank-bank swasta lainnya yang beroperasi di Indonesia. Bahkan, tidak dapat dipungkiri, diantara BUMN yang tergabung dalam Himpunan bank-bank milik Negara (Himbara), maka PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah jawaranya.
Betapa tidak, kinerja BRI selama 7 (tujuh) tahun terakhir sangat positif sehingga mampu meningkatkan nilai sahamnya di pasar Bursa Efek Indonesia (BEI). Perolehan laba yang berhasil dibukukan oleh BRI tidak dapat ditandingi oleh kelompok Himbara lainnya. Rata-rata perolehan laba yang berhasil dicapai oleh BRI selama enam tahun (sejak 2015) terakhir adalah Rp18-35 Triliun, dengan perolehan terendah pada Tahun 2020 sebesar Rp18,65 Triliun, sedang Bank Mandiri hanya mencatatkan laba sejumlah Rp17,1 Triliun.
Mengacu pada laporan keuangan tahunan perseroan yang dipublikasikan, BRI berhasil mencatatkan laba bersih Rp51,4 triliun selama periode 2022, atau melesat 67,15 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Dengan beban penugasan dari pemerintah sesuai ketentuan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, maka capaian laba BRI ini tentu tak lepas dari perencanaan strategis yang telah disusun secara matang, komprehensif, terukur dan realistis dalam menghadapi tantangan perekonomian nasional, regional dan internasional, termasuk dimasa merebaknya pandemi Covid-19.
Perolehan laba BRI secara periodik berkisar rata-rata Rp15-30 triliun (tahun 2015-2018), dan pada saat peralihan dewan manajemen dibulan September 2019 langsung menorehkan capaian laba tahunan sejumlah Rp34,41 triliun. Capaian ini jugalah yang membuat BRI menempati urutan kedua setelah Bank Mandiri dalam kinerja jumlah alokasi dan pertumbuhan kredit. Pada Tahun 2015 BRI hanya berhasil mencapai jumlah alokasi kredit sejumlah Rp558,4 Triliun, sementara Bank Mandiri mencapai Rp595,5 Triliun, sedangkan Tahun 2016 Rp635,3 Triliun dan Rp662 Triliun. Begitu pula halnya dengan kredit macet (Non Performing Loan/NPL) nya rata-rata sebesar 2 persen, berbanding BNI dan Bank Mandiri yang mencapai rata-rata 3 persen.
Sedangkan pada tahun 2022, BUMN ini berhasil mencatat total kredit dan pembiayaan BRI Group sejumlah Rp1.139,08 triliun atau meningkat hampir 30% dibanding tahun 2019 yang hanya mencapai Rp908,88 triliun. Porsi terbesar alokasi kredit BRI adalah kelompok (segmen) Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) yaitu sejumlah Rp 965,30 triliun atau 84,74% dari portofolio kredit. Kelompok UMKM inilah pemberi sumbangan kinerja sehingga BRI berada dibawah 3 persen, hanya pada Tahun 2019 saja NPL-nya mencapai 2,8 persen. Sementara, pada tahun 2022 NPL berhasil dikendalikan dengan baik sehingga hanya mencapai 2,67 persen saja.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat kinerja korporasi BUMN milik rakyat ini begitu cemerlang, tidak lain adalah konsistensi pada bisnis intinya (core business) serta mampu mengkonsolidasikan beberapa program pro rakyat, khususnya usaha kecil dan mikro. BRI juga terus mendukung program inklusi keuangan secara konsisten, salah satunya dengan cara kemudahan akses layanan masyarakat melalui agen BRILink yang menjangkau sampai pelosok desa. Sampai dengan akhir Desember 2022, tercatat BRI memiliki 627 ribu Agen BRILink, dibandingkan pada tahun 2020 berjumlah 504.233 unit, sementara akhir Desember tahun 2021 lalu jumlah Agen BRILink tercatat sejumlah 540 ribu Agen. Artinya, tingkat peminat agen BRILink apabila di rata rata dalam setahun, per harinya terdapat 240 orang yang bergabung menjadi AgenBRILink.
Konsistensi BRI dalam menjaga pangsa pasar tradisional di perdesaan inilah yang memacu pertumbuhan kredit dan menjaga NPL dibawah 3 persen. Ditambah lagi oleh ramuan program inklusi layanan yang dimulai sejak tahun 2014 semakin memperkokoh jati diri korporasi sebagai perbankan rakyat. Diharapkan sekali, bahwa BRI juga mulai meningkatkan akses dan kerjasamanya dengan BUMN sektor lain dalam mendukung pembiayaan diwilayah yang masih terkendala berbagai kebutuhan dasar, seperti sektor pangan, energi dan air. Lebih khusus, meningkatkan kredit bagi perekonomian masyarakat yang berada diwilayah tergolong daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) serta menjadi perhatian serius dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Peningkatan selama tiga (3) tahun terakhir juga terlihat dari jumlah harta kekayaan (asset) yang pada tahun 2019 hanya berjumlah Rp1.416,8 triliun. Atas peningkatan harta kekayaan ini, BRI mampu mengalahkan BCA sebagai bank swasta terbesar dengan total harta kekayaan (asset) yang tumbuh diangka berganda (double digit) sebesar 11,18% menjadi Rp1.865,64 triliun pada tahun 2022. Terdapat peningkatan jumlah harta kekayaan yang signifikan sejumlah Rp448, 84 atau mengalami kenaikan sebesar kurang lebih 30 persen.
Kemampuan yang dimiliki ini sebenarnya memungkinkan BRI untuk berkompetisi di pasar internasional memperluas pangsa pasar dengan membuka jaringannya di luar negeri. Apalagi, sejak BRI pertama kali tercatat sebagai emiten di BEI (berkode BBRI), harga sahamnya saat ini telah meningkat lebih dari 54 kali jika dibandingkan dengan harga pada saat Initial Public Offering (IPO). Yangmana pada saat penawaran saham perdana (IPO) tersebut pada tanggal 10 Nopember 2003 harga sahamnya dijual Rp875/ lembar saham. Meskipun telah IPO, ternyata BRI mampu memberikan kontribusi terbaiknya bagi Negara dibandingkan BUMN lain yang telah IPO tetapi justru berkinerja buruk.
Oleh karena itulah, apresiasi dan kiriman selamat atas keberhasilan pencapaian kinerja yang luar biasa ini patut diberikan atas dedikasi jajaran BRI. Semoga capaian kinerja BRI ini menginspirasi manajemen BUMN lainnya sebagai perwujudan dari mandat konstitusi ekonomi Pasal 33 UUD 1945. Tentu saja, masyarakat berharap BRI terus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran orang banyak. Salah satu caranya, adalah membangun dan mengembangkan publikasi dan komunikasi kepada masyarakat perdesaan secara lebih efektif, sederhana dan tepat sasaran.