Melukis Bagi Amir Syarif Merupakan Wujud Nikmat Kepada Allah SWT

by -

Catatan : Muharyadi

Amir Syarif (82 th) salah seorang sang maestero pelukis kaligrafi Islam, mungkin sedikit diantara pelukis berusia tua di tanah air saat ini yang tetap konsisten dan eksis melahirkan karya-karya terbaiknya di setiap ruang dan waktu.

Betapa tidak, keindahan karya-karyanya bukan hanya dipaparkan dalam bentuk khat kaligrafi Arab deformasi dekoratif, tetapi juga berfungsi sebagai unsur disain, bahkan bisa menjadi tekstur dan menjadi bagian lukisan yang ingin ditonjolkan diperkuat ornamen-ornamen dengan teknik sapuan kuas yang rinci bahkan detail.

Dalam bincang-bincang dengan Amir Syarif di Galeri, Taman Budaya Sumbar, Jalan Diponegoro 31 Padang saat penutupan pameran seni lukis kaligrafi Islam bertajuk #Ekpresi Religius menampilkan 4 pelukis kaligrafi Islam Sumatera Barat, Senin sore (20/09/21) menyebutkan, karya-karyanya tidak ditujukan pada seni tulis indah, melainkan menggunakan kaligrafi menjadi unsur utama di setiap karya-karya yang dihasilkannya.

Seni kaligrafi atau seni tulis indah tidak mempunyai tugas lain kecuali mengekspresikan arti yang dikandungnya, sementara seni lukis kaligrafi berfungsi sebagai unsur disain, bahkan bisa menjadi tekstur dan bahkan menjadi bagian lukisan yang ingin ditonjolkan sebagai “centre of interest” di dalamnya.

Tampil dengan lima karya dari puluhan seni lukis kaligrafi Islam pada pameran 15 sd 20 September 2021 bersama H. Am. Y. Dt. Garang (71 th), Irhash A. Shamad (63 th) dan Ade Setiawan (40 th) itu, karya-karya Amir Syarif menampilkan huruf-huruf Arab menyesuaikan diri dengan kehendak pelukisnya, misalnya mengisi bidang-bidang persegi panjang, bulat serta bentuk-bentuk lainnya untuk direntang, diliukkan tanpa mengubah arti tanpa menganggu fungsi dan makna huruf-huruf Arab yang hadir kepermukaan.

Rincian dan detail warna serta garis-garis pada setiap karya-karya yang ditampilkan, terlihat bersemangat, penuh kedigdayaan dalam mewujudkan seni lukis kaligrafi Islam sebagai ekspresi zikir visual tentang ayat-ayat Allah. Yang muncul kemudian karakter visual garis, warna, ruang dan tekstur dalam mencapai kesadaran spritual yang berangkat dari motif-motif flora mengambil obyek-obyek alam mengutamakan aspek keindahannya sebagai totalitas wacana isian karya.

Lihat empat dari lima lukisan Amir Syarif berjudul “Zikir Utama”, akrilik, 100×100 cm, “Ini Termasuk Karunia Tuhanmu”, akrilik 127 x 147 cm, “Wajah”, akrilik 100×90 cm dan Al-Hasyr 22-23, akrilik, 100 x 100 cm kreativitas seninya pada karya-karya yang dikerjakan selalu dijiwai penghayatannya terhadap Al-Qur’an. Dalam bahasa visual semua bentuk yang dihadirkan pada empat karya ini dapat dibaca dengan berbagai tingkatan penafsiran. Warna-warna yang cendrung ringan, disertai tanda segi tiga prnamentik dan guratan-guratan kaligrafi Al-Qur’an dapat memancarkan spiritualitas Islam.

Melukis Merupakan Bentuk Wujud Nikmat Kepada Allah
Saat ditanya mengapa Amir Syarif teman seangkatan sang maestro Amri Yahya (alm) ini tetap setia dan konsisten di hari tua untuk tetap berkarya, berpameran dean berkarya lagi melahirkan karya-karya yang bukan hanya indah, tetapi juga memiliki daya pukau dan hipnotis yang tinggi di setiap jengkal tarikan garis dan harmoni keanekaragaman warna-warna yang diolah pada banyak karyanya itu?

Menurut Amir Syarif, baginya melukis merupakan suatu cara menyikapi nikmat yang diberikan kepada umatnya. Nikmat merupakan jalan untuk mengetahui Dzat yang memberi nikmat. Allah SWT menamakan Islam dan iman di dalam Al-Qur`an dengan syukur. Dari sini diketahui bahwa mengetahui sebuah nikmat merupakan rukun dari rukun-rukun syukur.

Apabila seorang hamba mengetahui sebuah nikmat maka dia akan mengetahui yang memberi nikmat. Ketika seseorang mengetahui yang memberi nikmat tentu dia akan mencintai-Nya dan terdorong untuk bersungguh-sungguh mensyukuri nikmat-Nya.

Menurut suami dari Roswita (72 th) dan ayah sepuluh anak dan lulusan ASRI Yogyakarta (1963) yang kini bermukim dan berkarya di kediamannya Jalan Teknologi VI, Nomor 53 Nanggalo, Siteba Padang ini menyebutkan, sebagai umat beragama seharusnya kita mengetahui kebenaran, kesempurnaan, serta keistimewaan akan kenikmatan yang diberilah Allah kepada umatnya.

Maka tidak selayaknya kita melalaikan nikmat tersebut begitu saja. Kita seharusnya mensyukuri nikmat dengan sebenar-benarnya syukur, agar Allah tidak mencabut nikmat itu dari kita. Dari beberapa ayat yang saya angkat kepermukaan dalam bentuk lukisan kaligrafi Islam, dapat saya simpulkan bahwa semua nikmat yang Allah berikan harus didasari dengan keimanan dan tawakkal kepada Allah.

Menjalani perintah serta menjauhi larangan-Nya. Allah saja bisa menambah nikmat kepada hamba-Nya, kenapa kita sebagai hamba-Nya tidak bisa menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah, ujar Amir Syarif memberi ilustrasi.

Karena itu melukis bagi saya sama artinya dengan mensyukuri nikmat, antara lain selain melakukan kewajiban kita selaku umat beragam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.