68 Ha Padi di Solsel Alami Puso Selama 2019, Dipengaruhi Banjir, Hama dan Kekeringan
Semangatnews, Solok Selatan – Dinas Pertanian Solok Selatan (Solsel), mencatat seluas 68 hektar lahan padi di daerah itu, tak bisa dipanen sepanjang 2019. Kondisi ini dipengaruhi dampak bencana berupa banjir dan kekeringan serta serangan hama yang sempat merusak lahan pertanian warga setempat.
“Serangkaian bencana yang melanda Solsel tahun lalu, berdampak terhadap luas lahan padi yang bisa dipanen. Puluhan hektar berakibat gagal panen atau puso dan tersebar di wilayah-wilayah yang terdampak bencana itu sendiri,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Nurhamidah, Senin (3/2).
Pada 2019 jelasnya, daerah tersebut mampu mencapai realisasi luas tanam lahan padi hingga 28.103 hektar. Jumlah ini sejatinya, melebihi target tanam yang dipasang, yakni sebesar 28.091 hektar.
Namun, yang berhasil dipanen hanya seluas 27.811 hektar. Padahal potensi panennya diyakini dapat mencapai 27.879 hektar untuk tahun lalu. Artinya kata Nurhamidah, terdapat selisih 68 hektar yang tidak panen atau puso.
Kondisi puso itu dipicu kerusakan lahan akibat bencana banjir, longsor dan kekeringan yang melanda sejumlah area pertanian warga, di daerah itu. Selain itu, serangan hama wereng juga sempat jadi bumerang bagi petani setempat.
Rentetan bencana banjir dan longsor katanya, terjadi sejak November hingga Desember 2019 dan berhasil memporak porandakan lahan pertanian warga di empat kecamatan. Sedikitnya, seluas 118,64 lahan pertanian warga rusak dan direndam air bah. Area sawah yang terdampak luas terdapat di seputar Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD).
Petaka untuk pertanian warga di Solsel sendiri, sejatinya dimulai ketika hama wereng menyerang puluhan hektar tanaman padi di Lubuk Malako, Kecamatan Sangir Jujuan pada pertengahan Juli 2019. Kemudian disusul bencana kekeringan di wilayah Bidar Alam dan menyebar ke sejumlah titik pertanian di Sangir Balai Janggo.
Namun begitu katanya, dari ratusan hektar lahan pertanian yang mengalami kerusakan, sebagian besar diantaranya masih bisa dipanen. Hanya, lahan-lahan yang terdampak parah yang tidak bisa dipanen.
“Lahan yang rusak itu masih banyak yang bisa dipanen walau tidak maksimal. Sementara yang rusak parah dan jumlahnya itu mencapai 68 hektar benar-benar gagal panen,” ujar Nurhamidah didampingi Kasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Eka Murni.
Lebih jauh dijelaskannya, terjadinya puso juga mempengaruhi capaian realisasi produksi padi 2019 di daerah Seribu Rumah Gadang itu. Dari 152.861 ton target produksi yang diupayakan katanya, hanya tercapai sebesar 152.488 ton.
“Realisasi produksi padi kita tahun lalu meleset 373 ton dari target. Tidak tercapainya target produksi ini, salah satunya dipengaruhi, ya gagal panen yang dialami petani. Tahun ini Pemkab Solsel sendiri memasang target tanam padi seluas 28.120 hektar dengan target produksi tentu lebih besar dari tahun lalu,” ujarnya.( afri)
Banjir melanda Solsel dan merusak areal pertanian warga pada November 2019. Bencana ini menjadi salah satu penyebab gagal panen di daerah itu.