Oleh: Zulhamzah Khatib Marajo, S.HI
(Calon Wali Nagari Sungai Tarab 2021-2027)
PRINSIP kepemimpinan sebenarnya dapat diadopsi dari praktek shalat berjama’ah. Sebagaimana yang telah diajarkan dan dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. pada masa kepemimpinannya. Prinsip tersebut di antaranya adalah menyangkut kualitas dan kompetensi Imam (baca: pemimpin), kesehatan imam, posisi imam, sebagai pembimbing dan pengarah, memahami kondisi jama’ah, disiplin, loyalitas, siap menerima koreksi, dan siap mundur dari jabatan.
Secara sosiologis, masyarakat dan kepemimpinan merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Ketiadaan kepemimpinan menjadi sumber munculnya problem-problem masyarakat, bahkan masalah kemanusiaan secara umum. Ali Syariati berpendapat bahwa pemimpin adalah pahlawan, idola, dan insan kamil, tanpa pemimpin umat manusia akan mengalami disorientasi dan alienasi.
Ketika masyarakat membutuhkan seorang pemimpin, maka seorang yang paham akan realitas masyarakatlah yang pantas mengemban amanah kepemimpinan tersebut. Pemimpin tersebut harus dapat membawa masyarakat menuju kesempurnaan yang sesungguhnya.
Ada enam sikap yang harus ditanamkan dalam diri seorang pemimpin yaitu:
1. Tawadhu’ yaitu perilaku manusia yang mempunyai watak rendah hati, tidak sombong, tidak angkuh, atau merendahkan diri agar tidak kelihatan sombong, angkuh, congkak, besar kepala, atau kata-kata lain yang sepadan dengan tawadhu’.
2. Berusaha sekuat tenaga memberikan pelayanan dan pengabdian terbaik dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT. Yakinilah bahwa sekecil apa pun ikhtiar kita, jika dimaksudkan untuk kemaslahatan ummat, Allah akan hadirkan pertolongan-Nya.
3. Ikhlas dalam menjalankan amanah dan hanya mengharap ridha Allah SWT. Ini digambarkan Allah dalam firman-Nya surat an-Nisa 125 “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan?”. Seorang hamba yang menyerahkan dirinya secara total kepada Allah, artinya adalah memurnikan niat, tujuan dan amal karena Allah SWT serta mengikuti Rasulullah SAW dan sunahnya.
4. Istiqamah. Istiqamah ini berkaitan dengan perkataan, perbuatan, keadaan, dan niat. Saidina Umar bin Khatab berkata, “Istiqamah artinya engkau teguh hati pada perintah dan larangan serta tidak menyimpang seperti jalannya rubah. “Sementara, Utsman bin Affan berkata, “Istiqamah artinya amal yang ikhlas karena Allah.”
5. Sabar dan ikhlas tertanam dalam hati. “Dan Kami jadi kan di antara mereka itu pemimpinpemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar, dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS as-Sajdah: 24).
6. Tawakal secara total. Bertawakal kepada Allah SWT adalah cara terbaik menghadirkan ketenangan dan kasih sayang-Nya. Allah SWT berfirman, “Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS Ali Imran: 159)
Demikianlah enam modal penting yang harus ditanamkan dalam diri seorang pemimpin. Semua upaya itu adalah ikhtiar terbaik dengan kesadaran bahwa tiada daya dan kekuatan melainkan semuanya berasal dari kemahakuasaan Allah SWT.
Oleh karena itu, sudah sepatut nya seorang pemimpin memiliki enam sikap tadi sebagai bekal menjalankan amanah.
Wallahu a’lam.