Oleh Akmal Darwis
Kami memanggilnya pak Uwo, 69 th. Nama pemberian kedua orang tuanya Syamsir, justru kemarin kami tahu.
Ia kelahiran Tarusan. Pekerjaan tetapnya berjualan salak di Pasa Raya di Padang. Konon lebih 40 tahun profesi itu ia tekuni.
Lima dari 12 orang putra/i nya cacat buta demikian pula dengan seorang menantunya, juga buta dan berprofesi jadi tukang urut.
Sabtu subuh kemarin ia bersebelahan di saf kedua dg saya di masjid Darul Hikmah.
Usai shalat, ngeteh seadanya di rumah, pak Uwo berangkat ke pasa, manggaleh, kalo tak salak ya barang mudo lain.
Ciri kebiasaan pak Uwo lewat di depan rumah kami memasang buah baju, karena memang ia selalu mengenakan kemeja sambil berjalan. Bagageh pergi mencari kehidupan.
Tak boleh waktu terbuang, begitu kesan yg saya dapat dari kebiasaanya.
Dan jarang meleset, jika pak Uwo sudah di lewat, itu berarti jam sudah pukul 06.10 pagi.
Minggu pagi tadi pak Owo sudah tak lewat di depan rumah kami.
Pagi Sabtu kemarin, 21 Oktober 2017,sekitar pukul 08.30 seluruh galeh salaknya terjual habis. Itu berarti keuntungan sudah di saku pak Uwo.
Ia tak hendak pulang ke rumah, beristirahat.
Ke tetangga sesama penggalas, Yanto, ia sampaikan rencananya. Hendak menggalas mangga. Dari pada pulang.
Sebelum rencana itu ia buat, pak Uwo merintih berasa poniang. Kemudian duduk di tanah, manyanda ke karung jeruk, dagangan Yanto.
Pak Wo, kata Niar ibu yang juga penggalas di pasa. Pak Owo tampak seakan menahan rasa sakit. Kemudian tampak melipat kedua tangan di dadanya. Pak Uwo, terkulai, rebah dan pergi.
Niar terpekik. Pekikan Niar menyentak penggalas dan pengunjung pasar raya Padang.
Inna lillahi wainna ilaihi rojiun.
Info, kabar kematian Pak Uwo cepat merebak, sampai ke warga.
Diantara jamaah kami ada yg bilang: “kok dapek, awak pergi, seperti pak Uwo pula,”.
Pergi tanpa sakit, tanpa di rawat, tanpa menyusahkan.
Selamat jalan pak Uwo. Mulai tadi dan selanjutnya, warga tak cuma kehilangan pak Uwo. Juga kehilangan petunjuk waktu manual yg jarang meleset.
Pak Uwo selalu lewati rumah kami pukul 06.10. Mulai Senin pagi besok penunjuk waktu itu tiada.
Selamat jalan pak Uwo.